Menyelami Sub-Culture Punk Post-Punk
Punk merupakan sub culture yang lahir dari London, Inggris. Musik punk dikenal sebagai musik perlawanan. Lagu yang energik yang mengangkat isu sosial serta semangat DIY merupakan gaya khas musik punk. Setelah pergerakan punk timbul berbagai genre, salah satunya adalah post-punk. Setelah pergera kan musik punk di era 70, banyak band mengambil inspirasi musik dari semangat diy serta gaya musik yang raw (murni) apa adanya. Tetapi band-band ini tidak secara otomatis meniru musik seperti Sex Pistols.
Mereka justru bereksperimen dengan menggabungkan unsur-unsur avant garde ke dalam musiknya. Inilah musik seperti yang disebut post-punk yang hadir dengan semangat eksperimen yang kuat, membuat genre ini bisa mengkolaborasi musik gothic, disco, funk, sampai Krautrock. Bukan berarti sifat punk sepenuhnya hilang, post-punk tetap energik dan masih membicarakan isu-isu politik ataupun keresahan sosial. Post-punk dimulai pada tahun 70 akhir. Di Inggris, band seperti Siouxsie and The Bandshees, Wire, Joy Division, Bauhaus pun sudah mulai bereksperimentasi dengan unsur gothic. Di era 80, post punk sudah mulai bergeser dari budaya underground punk yang biasa kita kenal. Band seperti Human League dan Garry Newman sudah mulai menggabungkan unsur-unsur synthpop dan musik pop yang lebih mendunia.
Post-punk pun menjadi musik yang berpengaruh sampai sekarang, di era ini. Terbukti dengan lahirnya musisi seperti Interpol, Franz Ferdinand, Boy Harsher, British Sea Power, yang mengusung semangat post-punk revival di awal tahun 2000an. Dan kini demam musik post-punk mulai merajai ke skena musik lokal. Dapat dilihat dari kemunculan berbagai band yang mengangkat genre ini di beberapa kota Indonesia, bisa kita lihat dari band The Porno (Jakarta), Ultraviolence (Malang), Cotswolds (Surabaya) hingga Pullo (Medan).