Apa itu Cancel Culture? Simak Artinya di Sini

Pernah nggak sih lo denger istilah cancel culture seliweran di Twitter (X), TikTok, atau IG? Istilah ini sering banget muncul tiap ada seleb, influencer, atau bahkan brand yang bikin blunder. Fenomena ini udah jadi salah satu “budaya digital” di era medsos sekarang. Nah, biar nggak salah kaprah, yuk kita kupas bareng apa itu cancel culture, gimana asal mulanya, sampai dampaknya ke kehidupan sosial kita.
Apa Itu Cancel Culture?
Secara simpel, cancel culture itu kondisi di mana seseorang atau sebuah pihak “dibatalkan” alias di-boycott sama publik gara-gara perilaku, ucapan, atau tindakan yang dianggap salah atau menyinggung. Biasanya ini terjadi di media sosial, di mana orang ramai-ramai ngasih kritik atau seruan buat berhenti dukung, follow, atau konsumsi karya orang yang bersangkutan.
Tujuannya? Supaya orang tersebut sadar, minta maaf, atau bertanggung jawab atas apa yang udah dilakuin.
Asal Mula Cancel Culture
Awalnya, istilah ini muncul dari budaya pop di Amerika sekitar tahun 2010-an, terutama di dunia hiburan. Misalnya, ada artis atau musisi yang ketahuan bersikap rasis, seksis, atau melakukan hal buruk lainnya, fans langsung unfollow massal atau berhenti dukung mereka.
Konsep ini makin populer karena didukung sama kekuatan medsos. Bayangin aja, satu kesalahan bisa langsung viral dalam hitungan detik, dan seluruh dunia bisa tau. Dari situlah cancel culture jadi tren global yang juga “nular” ke banyak negara, termasuk Indonesia.
Tren Cancel Culture di Kalangan Gen Z
Nah, buat Gen Z yang hidupnya udah melek internet sejak kecil, cancel culture ini udah kayak makanan sehari-hari. Misalnya ada selebgram ketahuan nipu endorse, musisi ngomong kasar, atau brand nggak sensitif sama isu sosial, langsung aja jadi sasaran cancel culture.
Gen Z sering dianggap punya “sense of justice” yang tinggi. Mereka vokal buat speak up soal isu-isu kayak body shaming, diskriminasi, sampai lingkungan. Jadi, kalau ada pihak yang dianggap nyebrang batas, cancel culture sering jadi cara mereka menunjukkan penolakan.
Apasih Dampaknya? Nih Simak!
Cancel culture itu punya dua sisi.
- Positifnya, fenomena ini bikin orang atau brand lebih hati-hati dalam bersikap, lebih peka sama isu sosial, dan mendorong tanggung jawab.
- Negatifnya, kadang cancel culture jadi kayak “trial by social media”. Orang yang kena cancel bisa langsung jatuh reputasinya bahkan sebelum ada penjelasan atau fakta lengkap. Akibatnya, bisa berdampak ke kesehatan mental, karier, bahkan hidup pribadi mereka.
Jadi, cancel culture memang powerful, tapi juga berisiko kalau dipakai tanpa bijak.
Cancel culture udah jadi bagian dari budaya digital yang kuat banget, apalagi di kalangan Gen Z. Di satu sisi bisa jadi alat buat kontrol sosial, tapi di sisi lain bisa juga jadi bumerang. Kuncinya, penting buat kita tetap kritis, tapi juga adil. Jadi, next time lo lihat ada isu viral, coba cek dulu faktanya sebelum ikutan nge-cancel, ya!
Stay terus bareng SHVR, karena kita bakal terus update seputar musik, trend terbaru, dan keseruan lainnya. Jangan lupa follow Instagram @shvr_id untuk update terbaru seputar nightlife di Jakarta!


